Rabu, 03 Juni 2015

pendekatan dalam kajian drama



PEMBAHASAN
Pendekatan
            Pendekatan identik dengan perspektif, kerangka konseptual atau strategi intelektual. Oleh karena itu, dalam konteks ini digunakan istilah pendekatan dengan menggunakan istilah-istilah tersebut. Berikut adalah beberapa pengertian dari sekian yang ada:
1 . Pendekatan merupakan alat untuk menangkap realita atau fenomena sebelum dilakukan kegiatan ananlisis atas sebuah karya. Dengan demikian, berarti seorang analis, peneliti atau kritikus menggunakan cara pandang , strategi konseptual, kerangka konseptual, kerangka pemikiran, paradigm dalam usaha memahamirealita sebelum melakukan analisis interpretatif terhadap teks sebuah puisi, novel, drama dan lainnya (Siswantoro, 2010:47).
2. Pendakatan adakalanya disamakan dengan metode, Ratna menguraikan bahwa secara etimologis pendekatan berasal dari kata appropio, approach, yang diartikan sebagai jalan penghampiran. Pendekatan didefinisikan sebagai cara-cara menghampiri objek, sedangkan metodeadalah cara-cara mengumpulkan, menganalisis, menyajikan data. Dengan dasar pertimbangan sebuah penelitian merupakan kegiatan ilmiah yang secara sistematis dan metodis, maka perlu dibedakan antara metode dengan pendekatan (Ratna, 2011:53-55).
3. Deddy Mulyana mengatakan istilah lain dengan pendekatan adalah perspektif, kerangka konseptual, kerangka pemikiran, strategi intelektual, paradigma dan teknik interpretasi (Siswantoro,2010: 47).
Dalam istilah lain, Wellek dan Werren (1990) menggunakan istilah pendekatan Intrinsik dan Ekstrinsik. Pendekatan Intrinsik adalah memahami karya sastra dengan menitik beratkan pada unsure-unsur dari dalam karya sastra, tanpa membutuhkan unsur-unsur dari luar karya sastra. Pendekatan Ekstinsik adalah memahami karya sastra dengan menitik beratkan unsure-unsur dari luar karya sastra. Sedangkan menurut Abram mengenalkan empat pendekatan sastra yaitu: Ekspresif (menitik beratkan pada pengarang), Mimetik (menitik beratkan hubungan pada sastra dan realitas), Pragmatik (menitik beratkan pada pembaca) dan Obyektif (menitik beratkan pada karya sastra secara otonom). Masih banyak pendekatan yang digunakan oleh peneliti, seperti pendekatan sosial, antropoli, filsafat, pssikologi, sastra bandingan, kultural studi dan sebagainya (Suhariyadi, 2014: 27).
1.      Pendektan Obyektif
Pendekatan obyektif merupakan pendekatan terpenting karena berkaitan dengan munculnya teori-teori sastra modern. Teori-teori strukturalisme memiliki konsep yang berdasarkan pada pendekatan obyektif ini. Mengutip pendadat Abrams, Hudayat mengemukakan bahwa pendekatan obyektif (memusatkan pehatian semata-mata pada unsure-unsur anatar hubungan dan totalitas. Pendekatan ini mengarah pada analisis intrinsik. Konsekuensi logis yang ditimbulkan adalah mengabaikan bahkan menolak segala unsure ekstrinsik seperti aspek historis, sosiologis, politis dan unsure sosial kultural lainnya termasuk biografi. Oleh karena itulah, pendekatan obyektif juga disebut pendekatan otonomi (Hudayat, 2007: 48-49).
Secara metodologis, pendekatan ini bertujuan melihat karya sastra sebagai sebuah sistem itu amat tergantung kepada nilai komponen yang ikut terlibat di dalamnya. Analisis karya sastra melalui pendekatan ini tergantung pada jenis sastranya.
2.      Pendekatan Mimetik
Pendekatan mimesisi ini berangkat dari pemikiran filusuf terbesar Yunan, yaitu Plato dan Aristoteles. Menurut Plato, segala yang ada di dunia ini sebenarnya hanya tirusn dari kenyataan tertinggi yang berada di dunia gagasan. Dalam dunia gagasan itu ada manusia dan semua manusia yang ada di dunia ini adalah tiruan dari manusia yang berada di dunia tersebut. Oleh karenanya sajak yang di hasilkan seorang penyair Plato menggunakn kata penyair untuk sastrawan karena pada zamannyaitu semua bentuk sastra ditulis dalam karya puisi merupakan tiruan dari barang tiruan. Dengan kata lain Plato mengatakan bahwa puisi membawa manusia semakin jauh dari kenyataan tertinggi. Secara tersirat dikatakannya bahwa pohon lebih dekat dengan kenyataanya tertinggi disbanding dengsn sajak tentang pohon. Nilai sajak itu pun tentunya lebih rendah dibandingkan dengan pohon sebab justru semakin menjauhkan manusia dari kenyataan tertinggi (Darmono, 1984: 14-15).
Teori mimesis menurut Plato di tolak oleh muridnya sendiri, Aristoteles. Menurut Aristoteles, seni justru mengangkat jiwa manusia, yaitu melalui proses penyucian (katharsisi), sebab karya seni membebaskan manusia dari nafsu yang rendah. Dalm memahami kenyataan didominasi oleh penafsiran. Karena itu manusia tidak semata-mata meniru kenyataan, tetapi menciptakan dunianya sendiri (Ratna, 2011:5).
Luxemburg mengemukakan, kenyataan disini dipakai dalam arti yang seluas-luasnya, yaitu segala sesuatu yang berada di luar karya sastra dan yang di acu oleh karya sastra, seperti misalnya benda-benda yang dapat dilihat dan diraba, bentuk-bentuk kemasyarakatan, perasaan, pikiran dan sebagainya( Faruk, 2012: 40).
Melalui penjabaran di atas, dapat diketahui secara konseptual dan metodologis bahwa pendekatan mimesis menempatan karya sastra sebagai:
a.       produk peniruan kenyataan yang diwujudkan secara dinamis,
b.      representasi kenyataan semesta secara fiksional,
c.       produk dinamis yang  kenyataan di dalamnya tidak dapat dihadiri dalam cakupan ideal,
d.      produk imajinasi yang utama dengan kesadaran tertinggi atas kenyataan (Hudayat. 2007: 42).
Secara metodis, langkah kerja analisis melalui pendekatan yang dapat disusun dalam langkah pokok, yaitu:
a.       mengungkap dan mendeskripsikan data yang mengarah pada kenyataan yang ditemukan secara tekstual,
b.      menghimpun data poko atau spesifik sebagai variable untuk dirujukkan ke dalam pembahasan berdasarkan kategori tertentu, sesuai tujuan, misalnya menelusuri unsure fiksionalitas sebagai refleksi kenyataan dinamis dan sebagainya,
c.       membicarakan hubungan spesifikasi kenyataan teks karya sastra dengan kenyataan fakta realitas menelusuri kesadaran tertinggi yang terkandung teks karya sastra yang berhubungan dengan kenyataan yang direpresentasikan dalam karya sastra (Hudayat, 2007: 42).
3.      Pendekatan pragmatik
             Sebagaimana pendekatan mimesis,pendekatan pragmatic  telah ada semenjak tahun 14 sebelum masehi . Dalam bukunya yang berjudul    Ars Poetica, horatius telah meletakan dasar –dasar pendekatan progmatik . Melalui semboyanya yang terkenal, dulcet et utile, horatius mengemukakan bahwabahwa karya sastra itu menghibur dan mendidik . Meskipun demikian . Menurut ratna, secara teoritis baru dimulai dengan lahirnya struktualisme dinamika dengan tokohnya  Mukarovsky (Ratna,2011:71)
            Pendekatan progmatis menurut Abram memberikan perhatian utama terhadap peranan pembaca . Pendekatan inin memberikan perhatian pada pergeseran dan fungsi-fungsi baru pembaca. Pendekatan pragmatis mempertimbangkan implikasi pembaca melalui berbagai kompetensinya. Dengan mempertimbangkan indikator karya sastra dan pembaca, maka masalah-masalah yang dapat depecahkan melalui pendekatan pragmatis di antaranya berbagai tanggapn masyarakat aatu penerimaan pembaca tertentu terhadap sebuah karya sastra baik dalam kerangka sinkronis maupun diakronis (Hudayat, 2007:43). Pendekatan pragmatik mempertimbangkan implikasi pembaca melalui berbagai kompetensinya. Dengan mempertimbangkan indikator karya sastra dan pembaca, maka masalah-masalah yang dapat dipecahkan melalui pendekatan pragmatik, di antaranya berbagai tanggapan masyarakat tertentu terhadap karya sastra, baik sebagai pembaca eksplisit maupun implicit (Ratna, 2011: 72).
4.      Pendekatan Ekspresif
                     Menurut  Abrams (Faruk, 2012: 39-40) pendekatan ekspresif ini menempatkan karya sastra sebagai curahan ucapan dan proyeksi pikiran dan perasaan pengarang. Pengarang sendiri menjadi pokok yang melahirkan produksi persepsi-persepsi, pikiran-pikiran dan perasaan-perasaan yang dikombinasikan. Praktik analisis dengan pendekatan mengarah pada penelusuran kesejatian visi pribadipengarang yang paham struktur genetik disebut pandangan dunia. Seringkali pendekatan ini mencari fakta-fakta tantang watak khusus dan pengalaman-pengalaman sastrawan secara tidak sadar atau tidak telah membukakan dirinya dalam karyanya tersebut. Dengan demikian secara konseptual dan metodologis dapat diketahui bahwa pendekatan ekspresif  menempatkan karya sastra sebagai: (1) wujud ekspresi pengarang, (2) produk imajinasi pengarang yang bekerja dengan persepsi-persepsi , pikiran-pikiran dan perasaan-perasaan, (3) produk pandangan dunia pengarang.
                     Secara metodis, langkah kerja yang dapat dilakukkan melalui pendekatan ini adalah:
1.      memberikan sejumlah pikiran, persepsi dan perasaan pengarang yang hadir secara langsung atau tidak dalam karyanya,
2.      memetakan sejumlah pikiran, persepsi dan perasaan pengarang yang ditemukan dalam karyanya ke dalam beberapa kategori factual teks berupa watak, pengalaman dan idieologi pengarang,
3.      merujukkan data yang diperoleh pada tahap 1 dan 2 ke dalam fakta-fakta khusus menyangkut watak, pengalaman hidup dan idieologi pengarang secara faktual luar teks (data sekunder berupa data biografis),
4.      membicaarakan secara menyeluruh, sesuai tujuan, pandangan dunia pengarang dalam konteks individual maupun sosial dengan mempertimbangkan hubungan-hubungan teks karya sastra hasil ciptaannya dengan data biografisnya (Suhariyadi 2014: 36-37).
        Kajian berdasarkan pendekatan Obyektif













PENUTUP
SIMPULAN
Pendekatan merupakan alat untuk menangkap realita atau fenomena sebelum dilakukan kegiatan ananlisis atas sebuah karya. Dengan demikian, berarti seorang analis, peneliti atau kritikus menggunakan cara pandang , strategi konseptual, kerangka konseptual, kerangka pemikiran, paradigm dalam usaha memahamirealita sebelum melakukan analisis interpretatif terhadap teks sebuah puisi, novel, drama dan lainnya (Siswantoro, 2010:47). Dalam istilah lain, Wellek dan Werren (1990) menggunakan istilah pendekatan Intrinsik dan Ekstrinsik. Pendekatan Intrinsik adalah memahami karya sastra dengan menitik beratkan pada unsure-unsur dari dalam karya sastra, tanpa membutuhkan unsur-unsur dari luar karya sastra. Pendekatan Ekstinsik adalah memahami karya sastra dengan menitik beratkan unsure-unsur dari luar karya sastra. Sedangkan menurut Abram mengenalkan empat pendekatan sastra yaitu: Ekspresif (menitik beratkan pada pengarang), Mimetik (menitik beratkan hubungan pada sastra dan realitas), Pragmatik (menitik beratkan pada pembaca) dan Obyektif (menitik beratkan pada karya sastra secara otonom). Masih banyak pendekatan yang digunakan oleh peneliti, seperti pendekatan sosial, antropoli, filsafat, pssikologi, sastra bandingan, kultural studi dan sebagainya (Suharyadi, 2014: 27).






DAFTAR PUSTAKA
Suhariyadi, 2014, Pengantar Ilmu Sastra, Lamongan, Pustaka Ilalang.